Pengertian Hikayat adalah sebuah bentuk sastra prosa dalam bahasa
Melayu yang berisi tentang kisah atau cerita dan juga dongeng tentang
kehebatan maupun kepahlawanan seseorang yang dilengkapi berbagai
keanehan, kesaktian, serta mukjizat yang berhasil dibuat oleh sang
tokoh.
Hikayat umumnya dijadikan sebagai bahan bacaan untuk
menghibur sekaligus menjadi pelipur lara dan juga untuk membangkitkan
semangat juang orang-orang yang membaca atau mendengarnya.
Contoh Hikayat
Contoh Hikayat Panjang Beserta Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik
PERKARA SI BUNGKUK DAN SI PANJANG
Mashudulhakk arif bijaksana dan pandai memutuskan perkara-perkara yang sulit sebagai ternyata dari contoh yang di bawah ini:
Hatta maka berapa lamanya
Masyhudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan
akalnya itu. Maka pada suatu hari adalah dua orang laki-istri berjalan.
Maka
sampailah ia kepada suatu sungai. Maka dicaharinya perahu hendak
menyeberang,
tiada dapat perahu itu. Maka ditantinya 1) kalau-kalau ada orang lalu
berperahu.
Itu pun tiada juga ada lalu perahu orang. Maka ia pun berhentilah di
tebing
sungai itu dengan istrinya. Sebermula adapun istri orang itu terlalu
baik
parasnya. Syahdan maka akan suami perempuan itu sudah tua, lagi bungkuk
belakangnya. Maka pada sangka orang tua itu, air sungai itu dalam juga.
Katanya, "Apa upayaku hendak menyeberang sungai ini?"
Maka ada pula seorang Bedawi duduk
di seberang sana sungai itu. Maka kata orang itu, "Hai tuan hamba,
seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini, karena hamba tiada dapat
berenang;
sungai ini tidak hamba tahu dalam dangkalnya." Setelah didengar oleh
Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan serta dilihatnya perempuan itu
baik
rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam
hatinya, "Untunglah
sekali ini!"
Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke
dalam sungai itu merendahkan dirinya, hingga lehernya juga ia berjalan
menuju
orang tua yang bungkuk laki-istri itu. Maka kata orang tua itu, "Tuan
hamba seberangkan apalah 2) hamba kedua ini. Maka kata Bedawi itu,
"Sebagaimana 3) hamba hendak bawa tuan hamba kedua ini? Melainkan
seorang
juga dahulu maka boleh, karena air ini dalam."
Maka kata orang tua itu kepada
istrinya, "Pergilah diri dahulu." Setelah itu maka turunlah perempuan
itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu. Arkian maka kata Bedawi
itu,
"Berilah barang-barang bekal-bekal tuan hamba dahulu, hamba
seberangkan." Maka diberi oleh perempuan itu segala bekal-bekal itu.
Setelah sudah maka dibawanyalah perempuan itu diseberangkan oleh Bedawi
itu.
Syahdan maka pura-pura diperdalamnya air itu, supaya dikata 4) oleh si
Bungkuk
air itu dalam. Maka sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka kata
Bedawi
itu kepada perempuan itu, "Akan tuan ini terlalu elok rupanya dengan
mudanya. Mengapa maka tuan hamba berlakikan orang tua bungkuk ini? Baik
juga
tuan hamba buangkan orang bungkuk itu, agar supaya tuan hamba, hamba
ambit,
hamba jadikan istri hamba." Maka berbagai-bagailah katanya akan
perempuan
itu.
Maka kata perempuan itu kepadanya,
"Baiklah, hamba turutlah kata tuan hamba itu."
Maka apabila sampailah ia ke
seberang sungai itu, maka keduanya pun mandilah, setelah sudah maka
makanlah ia
keduanya segala perbekalan itu. Maka segala kelakuan itu semuanya
dilihat oleh
orang tua bungkuk itu dan segala hal perempuan itu dengan Bedawi itu.
Kalakian maka heranlah orang tua
itu. Setelah sudah ia makan, maka ia pun berjalanlah keduanya. Setelah
dilihat
oleh orang tua itu akan Bedawi dengan istrinya berjalan, maka ia pun
berkata-kata dalam hatinya, "Daripada hidup melihat hal yang demikian
ini,
baiklah aku mati."
Setelah itu maka terjunlah ia ke
dalam sungai itu. Maka heranlah ia, karena dilihatnya sungai itu aimya
tiada
dalam, maka mengarunglah ia ke seberang lalu diikutnya Bedawi itu.
Dengan hal
yang demikian itu maka sampailah ia kepada dusun tempat Masyhudulhakk
itu.
Maka orang tua itu pun datanglah
mengadu kepada Masyhudulhakk. Setelah itu maka disuruh oleh
Masyhudulhakk
panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun datanglah dengan perempuan itu.
Maka
kata Masyhudulhakk, "Istri siapa perempuan ini?"
Maka kata Bedawi itu, "Istri
hamba perempuan ini. Dari kecil lagi ibu hamba pinangkan; sudah besar
dinikahkan dengan hamba."
Maka kata orang tua itu, "Istri
hamba, dari kecil nikah dengan hamba."
Maka dengan demikian jadi
bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka gemparlah. Maka orang pun
berhimpun,
datang melihat hal mereka itu ketiga. Maka bertanyalah Masyhudulhakk
kepada
perempuan itu, "Berkata benarlah engkau, siapa suamimu antara dua orang
laki-laki ini?"
Maka kata perempuan celaka itu,
"Si Panjang inilah suami hamba."
Maka pikirlah 5) Masyhudulhakk,
"Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya berketahuan siapa
salah
dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu.
Maka diperjauhkannyalah laki-laki
itu keduanya. Arkian maka diperiksa pula oleh Masyhudulhakk. Maka kata
perempuan itu, "Si Panjang itulah suami hamba."
Maka kata Masyhudulhakk, "Jika
sungguh ia suamimu siapa mentuamu laki-laki dan siapa mentuamu perempuan
dan di
mana tempat duduknya?"
Maka tiada terjawab oleh perempuan
celaka itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk perjauhkan. Setelah itu maka
dibawa
pula si Panjang itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Berkata benarlah engkau
ini. Sungguhkah perempuan itu istrimu?"
Maka kata Bedawi itu, "Bahwa
perempuan itu telah nyatalah istri hamba; lagi pula perempuan itu
sendiri sudah
berikrar, mengatakan hamba ini tentulah suaminya."
Syahdan maka Masyhudulhakk pun
tertawa, seraya berkata, “Jika sungguh istrimu perempuan ini, siapa nama
mentuamu laki-laki dan mentuamu perempuan, dan di mana kampung tempat ia
duduk?"
Maka tiadalah terjawab oleh
laki-laki itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan laki-laki Bedawi
itu.
Setelah itu maka dipanggilnya pula orang tua itu. Maka kata
Masyhudulhakk,
"Hai orang tua, sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-benamya?"
Maka kata orang tua itu,
"Daripada mula awalnya." Kemudian maka dikatakannya, siapa mentuanya
laki-laki dan perempuan dan di mana tempat duduknya
Maka Masyhudulhakk dengan sekalian
orang banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang
tua itu.
Maka hendaklah disakiti oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu. Maka Bedawi
itu pun
mengakulah salahnya. Demikian juga perempuan celaka itu. Lalu didera
oleh Masyhudulhakk
akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali. Kemudian
maka
disuruhnya tobat Bedawi itu, jangan lagi ia berbuat pekerjaan demikian
itu.
Maka bertambah-tambah masyhurlah
arif bijaksana Masyhudulhakk itu.
Unsur
Intrinsik dan ekstrinsik HIKAYAT
Judul
: Hikayat Mashudulhakk (perkara si bungkuk dan si panjang)
Unsur
intrinsik :
·
Tema
:
Kesetiaan dan Pengkhianatan dalam Cinta2
·
Tokoh
:
ü
Masyhudulhakk
: arif, bijaksana,
suka menolong, cerdik, baik hati.
ú
…Masyhudulhakk
pun besarlah.
Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu.
ú
Maka
bertambah-tambah masyhurlah
arif bijaksana Masyhudulhakk itu.
ú
…..Maka
pikirlah 5)
Masyhudulhakk,"Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya
berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu.
ü
Si
Bungkuk : setia pada istrinya,
suka mengalah, mudah percaya.
ú
Maka
kata orang tua itu, "Istri
hamba, dari kecil nikah dengan hamba.
ú
Maka
Bedawi itu pun turunlah ia ke
dalam sungai itu merendahkan dirinya, hingga lehernya juga ia berjalan
menuju
orang tua yang bungkuk laki-istri itu. Maka kata orang tua itu, "Tuan
hamba seberangkan apalah 2) hamba kedua ini.
ú
Maka
kata orang tua itu kepada
istrinya, "Pergilah diri dahulu." Setelah itu maka turunlah perempuan
itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu.
ü
Si
Panjang / Bedawi : licik, egois.
ú
Setelah
didengar oleh Bedawi kata
orang tua bungkuk itu dan serta dilihatnya perempuan itu baik rupanya,
maka
orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, "Untunglah
sekali ini!
ú
Maka
kata Bedawi itu, "Bahwa
perempuan itu telah nyatalah istri hamba; lagi pula perempuan itu
sendiri sudah
berikrar, mengatakan hamba ini tentulah suaminya.
ü
Istri
Si Bungkuk : mudah dirayu,
tidak setia, suka berbohong, egois.
ú
hamba
jadikan istri hamba."
Maka berbagai-bagailah katanya akan perempuan itu.Maka kata perempuan
itu
kepadanya, "Baiklah.
ú
….maka
diperiksa pula oleh
Masyhudulhakk. Maka kata perempuan itu, "Si Panjang itulah suami hamba.
·
Setting
:
ü
tempat
:
ú
tepi
sungai : Maka ia pun
berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya.
ú
Sungai
: turunlah perempuanitu ke
dalam sungai dengan orang Bedawi itu
ü
Suasana
:
ú
menegangkan:
Maka pada sangka orang
tua itu, air sungai itu dalam juga.
ú
Mengecewakan:
"Daripada
hidup melihat hal yang demikian ini, baiklah aku mati.Setelah itu maka
terjunlah ia ke dalam sungai itu.
ú
Membingungkan:
Maka dengan demikian
jadi bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka gemparlah.
ü
Waktu
: tidak diketahui
·
Alur
: Alur maju
ü
Eksposisi
:
Mashudulhakk arif bijaksana dan
pandai memutuskan perkara-perkara yang sulit maka berapa lamanya
Masyhudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan
akalnya itu. Maka pada suatu hari adalah dua orang laki-istri berjalan.
Maka
sampailah ia kepada suatu sungai.
ü
Complication
:
….serta dilihatnyaperempuan itu
baik
rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam
hatinya,
"Untunglah sekali ini!
ü
Rising
action :
Maka sampailah kepada pertengahan
sungai itu, maka kata Bedawi itu kepada perempuan itu, "Akan tuan ini
terlalu elok rupanya dengan mudanya. Mengapa maka tuan hamba berlakikan
orang
tua bungkuk ini? Baik juga tuan hamba buangkan orang bungkuk itu, agar
supaya
tuan hamba, hamba ambit, hamba jadikan istri hamba."
ü
Turning
point :
Maka orang tua itu pun datanglah
mengadu kepada Masyhudulhakk. Setelah itu maka disuruh oleh
Masyhudulhakk
panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun datanglah dengan perempuan itu.
Masyhudulhakk, "Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya
berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu.
ü
Ending
:
Masyhudulhakk dengan sekalian
orang
banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang tua
itu. Maka
Bedawi itu pun mengakulah salahnya. Demikian juga perempuan celaka itu.
Lalu
didera oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka
itu
seratus kali.
·
Poin
of View :
ü
orang
ke-3 :
Maka bertambah-tambah masyhurlah
arif bijaksana
Masyhudulhakk itu.
·
Amanat
:
ü
Jangan
berbohong karena berbohong
itu tidak baik, merupakan dosa, dan hanya akan menimbulkan kerugian pada
diri
kita sendiri
ü
Bantulah
dengan ikhlas orang yang
membutuhkan bantuan
ü
Syukurilah
jodoh yang telah
diberikan Tuhan, yakini bahwa jodoh itu baik untuk kita
ü
Jangan
mengambil keputusan sesaat
yang belum dipikirkan dampaknya
ü
Jadilah
orang yang bijaksana dalam
mengatasi suatu masalah
Unsur ekstrinsik :
·
Nilai
religiusitas : kita harus
selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah. Jangan pernah
merasa
iri dengan apa yang tidak kita miliki karena apa yang te;ah diberikan
Allah
kepada kita adalah sesuatu yang memang terbaik untuk kita. Janagn
seperti yang
ada pada hikayat mashudulhakk.
·
Nilai
moral :
Janganlah
sekali-kali kita memutar
balikkan fakta, mengatakan
bahwa yang salah itu benar dansebaliknya, karena bagaimanapun juga
kebenaran
akan mengalahkan ketidak benaran.
·
Nilai social budaya :
Sebuah kesalahan pastilah akan
mendapat sebuah balasan, pada hikayat ini diterangkan bahwa seorang yang
melakukan keslahan seperti berbohong maka akan did era sebanyak seratus
kali. (Lalu
didera oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka
itu
seratus kali.)
·
Kepengarangan
:
Hikayat
mashudulhakk ini dari salah satu naskah lama (Collectie v.d. Wall)
dengan
diubah di sana-sini setelah dibandingkan dengan buku yang diterbitkan
oleh A.F.
v.d. Wall (menurut naskah yang lain dalam kumpulan yang tersebut).Dalam
Volksalmanak Melayu 1931 (Balai Pustaka) isi naskah yang dipakai v.d.
Wall itu
diringkaskan dan sambungannya dimuat pula, dengan alamat
"Masyudhak".. Dinantinya.