Contoh naskah drama untuk 5 orang di dalam kelas bisa beraneka bentuk dan cerita. silahkan semoga bermanfaat untuk tugas bahasa indonesia. Bagaimana cara membuat naskah drama? Naskah drama ini mengambil tema tentang persahabatan dan kepekaan sosial. Contoh Naskah Drama 5 Orang. Ini adalah pagi yang cerah. Naskah Contoh Drama Persahabatan 5 Orang silahkan bisa disimak untuk artikelnya guna menyelesaikan tugas bahasa indonesia dimana sebagai referensi untuk naskah drama 5 Orang – Berikut ini adalah contoh drama 5 orang dimana semua pemain bisa kita diskusikan dengan teman lainya untuk memilih peran yang cocok Naskah Drama 5 Orang
Ini adalah pagi yang cerah. Mita dan Doni, dua orang siswa kelas VII
sedang asyik membaca-baca buku Biologi di koridor sekolah. Pasalnya
nanti siang akan ada ulangan harian mata pelajaran tersebut. Kemudian
datang Anggi, sahabat mereka.
Anggi: “Mit, Don, rajin sekali kalian berdua!”
Mita: “Iya dong, tugas kita sebagai pelajar kan memang harus belajar. Hehehe…”
Anggi: “Iya juga sih. Eh ngomong-ngomong kalian tahu tidak, ada murid baru yang akan masuk ke kelas kita hari ini.”
Doni: “Oh ya, siapa namanya? Lelaki atau perempuan?”
Anggi: “Lelaki, tapi aku juga belum tahu siapa namanya dan seperti apa rupanya.”
[Bel sekolah berbunyi]
Mita: “Eh ayo masuk kelas!”
[Ketiganya memasuki ruang kelas. Ibu guru masuk bersama seorang murid baru.]
Ibu Guru: “Selamat pagi, anak-anak. Hari ini kita kedatangan teman baru
dari Aceh, ia akan menjadi teman sekelas kalian. Silakan perkenalkan
dirimu, nak!”
Ridwan
Ridwan: “Selamat pagi, teman-teman. Nama saya Muhammad Ridwan. Saya berasal dari Aceh.”
Mita [berbisik pada Anggi]: “Jauh sekali ya, dari Aceh pindah ke Bandung!”
[Anggi hanya mengangguk tanda setuju]
Ibu Guru: “Ridwan, kamu duduk di belakang Doni ya [menunjuk sebuah meja
kosong]. Untuk sementara kamu duduk sendiri dahulu karena jumlah siswa
di kelas ini ganjil.”
[Ridwan segera duduk di kursi yang disediakan]
Ibu Guru: “Ya baiklah, sekarang kita mulai pelajaran hari ini. Buka buku kalian di halaman 48….”
[Pelajaran pun dimulai]
Tiba saatnya jam istirahat. Ridwan, yang belum memiliki teman, diam saja
duduk di kursinya sambil menunduk. Rupanya belum ada yang mau mendekati
Ridwan. Semua siswa di kelas itu masih sungkan dan hanya mau tersenyum
saja padanya tanpa berani mengajak ngobrol lebih lanjut.
Doni: “Psst, Mit, Nggi, coba lihat anak baru itu, sendirian saja ya!”
[berbisik pada Mita dan Anggi saat mereka baru kembali dari kantin]
Mita: “Ayo kita dekati saja.” [Ketiganya menghampiri Ridwan]
Anggi: “Hei, Ridwan. Kenalkan, aku Anggi, ini Ridwan dan Mita [menunjuk kedua temannya].”
[Ketiganya duduk di sekeliling Ridwan]
Ridwan: “Hai, salam kenal.”
Doni: “Kamu kok tidak jajan ke kantin?”
Ridwan: “Aku… Aku bawa bekal makanan [pelan sekali, sambil tertunduk].”
Mita: “Oh begitu, rajin sekali kamu, Wan!
[Keempat siswa ini mulai terlibat obrolan ringan sehingga Ridwan merasa ditemani]
Saat jam pulang sekolah, Ibu Guru memanggil Anggi dan Doni yang hendak pulang ke rumah.
Ibu Guru: “Anggi, Doni! Ke sini sebentar. Ibu mau menanyakan sesuatu.”
[Anggi dan Doni menghampiri Ibu Guru]
Doni: “Ada apa, Bu?”
Ibu Guru: “Itu, bagaimana perilaku Ridwan di kelas? Apakah ia bisa membaur?”
Doni: “Dia agak pendiam, Bu. Dan suka menunduk saat berbicara.”
Anggi: “Tadi di jam istirahat, kami berdua dan Mita berusaha
mendekatinya. Kami mengobrol cukup lama, ia anak yang baik kok, hanya
saja ia seperti agak kurang percaya diri dan muram.”
Ibu Guru: “Hmm… begitu ya. Anak-anak, Ridwan adalah salah satu korban
selamat tragedi tsunami Aceh beberapa bulan yang lalu. Kedua orang
tuanya tewas terhempas ombak. Kini hanya tinggal ia dan adik
perempuannya, Annisa. Annisa masih duduk di kelas 4 SD, di SD V kota
kita ini.”
Anggi: “Ya Tuhan, sungguh berat cobaan yang menimpanya…”
Ibu Guru: “Iya. Untungnya, seorang pamannya tinggal di Bandung sehingga
ia dan adiknya tinggal di sini. Mereka tergolong masyarakat
prasejahtera, sehingga Ridwan benar-benar harus berhemat. Pamannya
berkata pada Ibu tadi pagi, ia tak mampu memberi uang jajan yang cukup
untuk Ridwan sehingga Ridwan harus bekal nasi setiap hari agar tidak
lapar di sekolah.”
Doni: “Oh pantas saja tadi jam istirahat ia tidak ke kantin.”
Ibu Guru: “Ya sudah, Ibu cuma mau bilang begitu. Kalian berbaik-baiklah
dengannya. Temani dia agar tak merasa kesepian dan terus berduka.”
[Anggi dan Doni pamit kemudian pulang]
Di rumahnya, Doni terus menerus memikirkan teman barunya, Ridwan.
Akhirnya ia mendapatkan suatu ide. Dikabarkannya Anggi dan Mita melalui
SMS. Keesokan harinya di jam istirahat….
Doni: “Eh, kalian membawa apa yang aku bilang kemarin, kan?”
Mita: “Bawa dong. Ayo kita dekati Ridwan.”
Anggi: “Ridwan, bolehkah kami bertiga makan bersamamu?”
Ridwan: [kikuk dan kebingungan] “Eh, um.. boleh saja..”
Doni, Anggi, dan Mita mengeluarkan bekal makanan mereka. Ketiganya juga
membawa makanan camilan untuk dimakan bersama-sama, tentu saja Ridwan
juga kebagian. Dengan makan bersama setiap hari, mereka berharap bisa
membuat Ridwan lebih ceria. Setelah makan…
Ridwan: “Terima kasih, teman-teman. Kalian sangat baik kepadaku.”
Mita: “Kamu ini bicara apa, sih? Kita kan teman, wajar saja jika kita saling bersikap baik.”
Semenjak itu Ridwan menjadi semakin kuat karena dukungan teman-teman
barunya. Siswa-siswa lain di kelas itu pun banyak yang bergabung membawa
bekal untuk dimakan bersama-sama pada jam istirahat. Suasana menjadi
semakin menyenangkan.